THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES
click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text


BIODATA SHAHIRA

BIODATA SHAHIRA

KONSERT REUNION AF8:SHAHIRA(BILA CINTA)

DTKL ARTWORK BY PUTERI NURHIDAYAH MEGAT NOH

DTKL ARTWORK BY PUTERI NURHIDAYAH MEGAT NOH

Sunday, July 4, 2010

Dia Tidak Kecil Lagi:Bab 15

Pukulan demi pukulan daripada kayu golf menghentak badan bola bulat berwarna putih itu.Mulanya tepat memasuki lubang,semakin lama semakin tersasar.Fokusnya sudah mula terganggu walaupun sekadar bermain di dalam ruang kecil di dalam pejabatnya.Seiring dengan perasaannya,bola yang terakhir itu berakhir dengan pecahan lampu kecil di atas mejanya.Serpihan kaca berderai bertaburan di atas meja dan lantai.Menggambarkan keretakan hatinya.

“Marah lagi?”Suara seorang gadis menyapa telinganya sambil menghulurkan lagi sebiji bola Winston.Dia hanya memandang lemah sambil melepaskan kayu golf itu.Duduk melutut sambil memejamkan matanya.Geram.

“I tak boleh tipu diri I,Ema,”

Ema duduk di sebelahnya.Meneleku dagunya di bahu lelaki itu.Empati.

“Daus,apa yang you rasa,I pun rasa.Jika you sakit di hati,I pun turut terasa sakitnya,”

“Kenapa hati I sakit sangat?”

“Sebab you terlalu cintakan dia,”

“Kenapa I tak boleh memiliki dia?”

“Sebab,”Ema memandang wajah sahabat baiknya itu.“You adalah angel,you melebarkan sayap you yang besar untuk melindungi Adira.You akan mencintai dan menjaganya.Kebahagiaan Adira lebih penting daripada kebahagiaan you sendiri,”

“You ingat I percaya cerita fairy tale you?”

“Kedengarannya fairy tale tapi kita tak boleh menolak itulah konsep kehidupan.Jika you terus membiarkan perasaan negatif itu menguasai diri you,maka itu yang you rasa.Jika you berfikiran positif,sampah pun bisa jadi permata,”

Daus melepaskan nafasnya dengan nada seolah-olah melepaskan beban yang maha hebat.Ya,Tuhan!Aku ini cuma insan yang lemah.Saat-saat pernikahan Shahir dan Adira masih bermain-main di mindanya.Saat Shahir menyambut goncangan tangan Tok Kadi.Ketika cincin disarungkan ke jari manis gadis pujaannya.Tuhan sahaja yang tahu betapa hebat gelora di hatinya kala singgahnya kucupan mesra Shahir di dahi Adira tanda tersimpulnya ikatan halal suami isteri.Dia merasakan dirinya tersisih walaupun bibirnya masih bisa tersenyum.

Daus memeluk lututnya sendiri.Kepalanya disembam di lututnya.Nafasnya turun naik menahan sebak.Akhirnya dia kalah juga,air mata lelaki itu hadir juga.Dia tak mahu menangis tetapi di dadanya sudah tersimpan seribu kesedihan.Dia mungkin bisa menjadi singa yang garang dalam dunia perniagaan tetapi dalam gelanggang percintaan dia cuma singa yang terluka ditembak pemburu.Peluru yang dilepaskan itu masuk terus ke jantungnya meninggalkan lubang besar yang tak bisa sembuh.Esakan lelaki itu semakin tidak dapat ditahan.

“Daus...”Ema memeluknya dari belakang.Merasai kesedihan sahabatnya.Air matanya turut mengalir tanpa paksaan.

Apa yang perlu Ema lakukan untuk memastikan Daus tersenyum semula?Simpati dan empati Ema menemani lara Daus sepanjang malam itu.

*****

Shahir memandang sekeliling rumah yang baru dihuni mereka.Sebuah rumah kampung dengan bilik air masih lagi di bawah.Betul-betul di bahagian hadapan bumbung zink itu terdapat sebatang pokok kelapa yang condong sebelah.Rasanya kalau gugur buah kelapa mahu juga terkejut melatah ingat bumbung nak runtuh.

Dagunya digaru-garu.Janggut halus sudah mula tumbuh di dagunya.Dia mula mencongak bila kali terakhir janggutnya dicukur?Dia pun sudah tak ingat.Banyak perkara bermain di fikirannya selain soal remeh seperti janggut.Pening juga dia memikirkan sama ada bisakah Adira hidup sebegini setelah lama disaluti kemewahan semenjak kecil.Namun dia tekad,dia akan berusaha untuk memastikan mereka kembali hidup dalam keselesaan seperti sebelumnya.Dia tidak boleh lagi kembali kepada Farina atau daddy.Sekurang-kurangnya buat masa ini,dia tidak mampu berhadapan dengan insan-insan itu.Yang penting Adira harus juga mengambil SPM walaupun terpaksa belajar malam.Adira harus mencapai lebih daripada itu dalam soal pendidikan.

Daus.Nama itu muncul kembali.Ingatannya terhadap Daus kembali bermain semula mencucuk-cucuk jiwanya.Selesai majlis akad nikahnya,dia tekad untuk bertentang mata dengan Daus.Niatnya Cuma menjernihkan kembali persahabatan mereka.Andai tidak diterima Daus dia redha.

Kedua mereka duduk di atas bangku sambil menghadap Masjid Zahir yang tersergam indah sekian lamanya di bandaraya Alor Setar.Walaupun duduk sebelah-menyebelah namun kelihatan canggung dan janggal.

Masing-masing dengan wajah yang sedikit tegang dan menyimpan rahsia yang terpendam di dalam sanubari.

“Tahniah,”

Ucapan pendek Daus disambut dengan anggukan Shahir.

“Kau balik KL bila?”

“Lepas ni aku balik..sekali ngan mummy kau,”

“Naik apa?”

“Flight,”

Shahir mengangguk lagi.Masih perbualan asas yang tidak ada kena mengena langsung dengan hal yang sepatunya diluahkan.Ego.

“Aku..”

“Aku rasa aku patut belasah kau,”

“Hem?”Shahir memandang Daus.

“Tapi ni kawasan masjid,jadi aku simpan buku lima aku untuk kau,”

“Kita..kita boleh pergi luar,”

“Jom,”

Daus pantas bangun sambil dituruti Shahir.Shahir pasrah untuk apa saja yang berlaku pada dirinya.Dia sudah membuat kerja gila melarikan Adira dari tangan Daus.Dia sudah menjatuhkan air muka sahabat baiknya.

Sampai di satu kawasan berhampiran sebuah kompleks yang terkenal dengan jualan telefon bimbit dan komputer,satu penumbuk melekat di bibirnya.

Shahir terjatuh rebah di tepi jalan.Darah merah mengalir pekat di bibirnya.

“Kau memang kawan tak guna!”Jerit Daus.Dia menggosok-gosok buku limanya.Sakit juga tangannya walaupun hanya memberi satu pukulan.

Shahir meraba-raba bibir pecahnya.Membengkak semasa itu juga.Diludahnya darah pekat yang memenuhi mulutnya.Namun dia percaya sesakit bibirnya yang pecah,sesakit itu juga rasanya hati Daus terhadapnya.

“Aku minta maaf..boleh kau maafkan aku?”

Daus mengeluh keras.Dia menghulurkan tangannya kepada Shahir.Shahir menyambut huluran tangan itu membiarkan dirinya ditarik Daus.Bahagian siku baju melayunya sudah terkoyak ketika bergeseran dengan jalan tar.Dia menepuk-nepuk kain sampin yang dipenuhi debu.

“Kau dah pun berkahwin dengan Adira.Apa aku nak cakap?”

“Daus..”

“Aku baru teringat,aku ada benda nak cakap.Kau jangan lukakan hati dia.Sikit pun jangan Shahir.Kau patut bersyukur kau yang menjadi pilihan dia.Kalau aku tahu kau lukakan hati dia,kau tahulah nasib kau!”

Daus meninggalkannya berdiri seorang diri di situ.Meninggalkannya dengan pesanan dan amaran yang terakhir.Jangan lukakan hati Adira!

Shahir meraba-raba bibirnya.Membengkak.Besar sebelah.Bagaimana dia nak jumpa Pak Man esok?

“Sakit?’

Tuaman telur rebus panas yang dibalut dengan kain menyebabkan Shahir menjerit kecil.Tak sanggup pula menolak tangan halus dan putih itu.

“Kenapalah abang biarkan diri jadi punching bag Abang Daus?”

“Dah abang yang salah kan?”

“Buruk betul muka abang,”Adira ketawa kecil sambil memperkemaskan duduknya di sebelah suaminya.Di atas tangga yang memiliki 3 anak tangga.

“Buruk-buruk pun suami ayang jugak,”

“Eew,siapa suruh abang panggil ayang balik?”

“Eh,ikut suka abanglah,abang nak panggil ayang ke,baby ke,honey ke,darling ke dan sewaktunya..ikut suka abanglah,”

“Belasah karang,”

“Uish,tak baik jadi isteri yang nusyuz,”

“Dira rasa pelik abang panggil ayang,masa kecik-kecik dulu rasa okay juga,masa sekarang Dira rasa geli la pulak..hehe.Dira rasa..”

“Bukan Dira,ayang..”

“Dira,”

“Ayang,”

“Dira lah!”

“Ayang lah!”

“Dira la orang kata..abang ni gatal kenapa?”

“Sayang,”

“Sayang?”

“Sayang lah,”Shahir merenung wajah Adira yang merah padam.“Abang sayanggggg sayang.Terima kasih sebab sayang sudi juga menemani abang dalam pondok kita yang lagi lawa dari pondok Pak Pandir..aduh..”

Shahir memegang bibirnya.Sakit pula bibirnya jika bercakap banyak.

“Haha..tu lah cakap banyak lagi.Lusa abang pergi jumpa Pak Man?”

Tuaman telur rebus panas itu dituam lagi ke bibir Shahir.Shahir memejamkan matanya menahan sakit.

“A’ah,Pak Man cakap dia ada nak offer abang job kat sana,”

“Abang pergi Bangkok ek?”

“Ehemm..kenapa?”

“Abang jangan bengkok ek,ikut jalan yang lurus,”

“Kalau abang bengkok juga?”

“Ni bengkok abang,”Tuaman telur rebus itu ditonyoh ke bibir Shahir.Mahu juga satu kampung terdengar jeritan suara jantan Shahir.Menggegar dunia.

“Sakitlah,”

“Tau tak pe,”

“Sayang,”

Di cuitnya dagu Adira dan ditunjukkan ke arah langit yang dihiasi berjuta bintang.Isterinya memandang ke arah yang ditunjuk suaminya.

“Tengok tu,dalam banyak-banyak bintang yang menghuni di langit,hanya ada tiga bintang yang selari dan lurus.Yang lain semua berterabur dan tidak tersusun,sayang nampak tak?”

“Ye sayang nampak,maksud abang?”

“Semasa abang di Bangkok nanti,andai kata sayang ada rasa sangsi pada abang.Tengok di langit.Tiga kejora yang lurus itu adalah hati abang yang juga lurus dan jujur terhadap sayang.Tiga bintang itu juga mengungkap rasa tiga perkataan..1,abang..2,cinta..3,sayang..abang cinta sayang,”

“Betul?”

“Betul,”

“Abang pandai bermain kata ek?”

"Abang tak bermain..sumpah abang janji,”

“Jangan termakan sumpah nanti,”

“Tak.Betul.Janji.Sayang,sayang abang?”

“Sayang...”

Purnama mula berselindung di sebalik awan.Sama ada ingin melarikan diri daripada pungguk yang asyik merindu atau ia juga bisa malu melihat gurau senda pengantin baru itu.Bintang setia menemani malam terutamanya 3 bintang yang berbaris di langit.Berkelip-kelip di atas sana.Abang cinta sayang.

*****

Datuk Maulana memandang gambar-gambar pernikahan Shahir dan Adira yang diletak Datin Ainul di atas meja.Perlahan-lahan senyuman terukir di wajahnya.Diusapnya gambar itu.Jari jemarinya bermain-main wajah Shahir dan Adira.Rindu hatinya pada mereka,hanya Tuhan saja yang tahu.

Biarpun egonya menidakkan rasa itu,namun dia tidak mampu menipu dirinya.Bukannya dia tidak mahu kedua-dua mereka melangsungkan perkahwinan secara adat dan adab tetapi masanya tidak kena.Semuanya pantas berlaku pada saat hatinya masih terguris.Shahir sepatutnya menghormati perasaannya sebagai ayah.Mana mungkin dia bisa menerima kemaafan sekadar melalui telefon.Mengapa Shahir sendiri tidak bertemu dengannya secara bertentang dua mata?

Kesepian terus mencengkam suasana di dalam rumah besar ini.Selalunya akan ada tawa manja Adira kedengaran di segenap sudut.Kalau tidak mengusik mummy nya,akan ada jeritan kecilnya mengganggu Mbak Seena di dapur.

“Kenapa tengok kalau dah benci?’

Suara Datin Ainul menerjah telinganya.Gambar itu diletakkan semula dan air mata yang bergenang di kelopak matanya segera dikesatnya.

Datin Ainul menggeleng-gelengkan kepalanya.Belakang badan suaminya digosok perlahan-lahan.

“Daddy,janganlah keras hati.Bawa balik budak berdua tu ke rumah ini,”

Permintaan itu tidak mendapat sambutan.Lelaki itu terus melangkah menaiki tangga meninggalkan isterinya.Membawa sekeping hatinya yang benci dan bertautan rasa rindu.

Datin Ainul hanya memandang tingkah suaminya.Dia terduduk lemah di atas sofa.Sudah 11 tahun mereka bersama,dia sudah masak dengan sikap suaminya.Semoga Tuhan melembutkan hati suaminya.Itu doanya setiap hari.

******

Pejabat yang terletak di World Trade Centre,Bangkok itu kelihatan kemas dan cantik.Jenama Megah Jati Architechture itu tersergam indah di dinding pejabat.Walaupun sekadar cawangan tapi nampaknya seperti ibu pejabat layaknya.

Shahir menyandar badannya ke sofa yang lembut itu.Melepaskan penatnya setelah menaiki tut tut selesai pendaratan di Bangkok International Suvarnabhumi Airport.Dia hampir memejamkan matanya sebelum seorang gadis memakai tudung menghampirinya dengan secawan kopi panas.

“Encik,silakan minum,”

“Eh,orang Melayu ke?Ingat orang Thai,”Shahir tersengih-sengih.

“Tak..saya memang orang Melayu pun,”

“Err..cik..?”

“Cik Syazana,”

“Oo..okay,Cik Syazana lambat lagi ke saya nak jumpa datuk?”

“Sekejap je,dia ada urusan sekejap,”

“Saya..”

Belum sempat Shahir menghabiskan ayatnya.Interkom di meja sudah berbunyi,gadis penyambut tetamu itu meletakkan cawan kopi di atas meja kecil bersebelahan Shahir.Shahir mengeluh kecil.Datuk?Dia baru tahu Pak Man yang membantunya itu rupanya seorang jutawan bergelar Datuk.Datuk Noorman.Hatinya mula berasa tak sedap.Kenapa Pak Man tidak memperkenalkan dirinya yang sebenar?Apa muslihatnya?

Apapun Shahir segera memadamkan syak wasangkanya.Sepatutnya dia bersyukur kerana Pak Man sudi membantunya untuk menguruskan perkahwinannya dengan Adira.

“Encik Shahir,”

“Ya,saya,”Shahir bingkas bangun apabila namanya dipanggil gadis tadi.

“Encik boleh jumpa Datuk sekarang.Silakan,”

Gadis itu tersenyum sambil membuka kamar pejabat Datuk Noorman untuk Shahir.Shahir membalas senyuman gadis itu sambil kakinya melangkah masuk ke dalam kamar Pengarah Menara Jati.

Di hadapannya,Datuk Noorman tersenyum manis sambil berjabat tangan dengannya.Seorang lelaki berkemeja putih turut berada di situ.Matanya membulat seolah-olah melihat hantu tatkala memandang Shahir.

“Macam mana flight ke Bangkok?”

“Okay..terima kasih atas sponsor Pak..err..Datuk,”

“Haha..kalau Shahir dah selesa panggil Pak Man,panggil je Pak Man.Lupa nak kenalkan,ini Doktor Farish,”Datuk Noorman menepuk-nepuk bahu pemuda di sebelahnya.

“Nice to meet you,”Farish menggenggam tangan Shahir.Ada kejutan di wajah lelaki itu menyebabkan Shahir tidak selesa.

“Nice to meet you too,doctor,”

“Eh,duduk dulu..silakan,”Datuk Noorman melabuhkan punggungnya di atas sofa.Langkahnya dituruti Shahir dan Farish.

“Shahir sihat?”

“Sihat,err..Pak Man..baru dua hari lepas kita jumpa kan?”

“Adira sihat?’

“Alhamdulillah,Pak Man,”

“Dia tinggal dengan siapa sekarang?Maksud Pak Man,Shahir di Bangkok ni,Adira bagaimana?”

“Tak pe Pak Man,ada anak tuan rumah yang saya sewa tu selalu menemani dia.Budak perempuan lepas SPM.Macam kakak buat isteri saya.Kenapa Pak Man?”

“Oh,tak de apa..emm,Pak Man nak offer job Pembantu Peribadi untuk Shahir,”

“Oh ye ke?Alhamdulillah,”Shahir menyapu kedua belah tangan di wajahnya.“Saya memang ada experience sebagai PA.Tapi saya rasa Pak Man bukannya dah ada PA?”

“Bukan untuk saya,untuk anak saya,”

“Anak Pak Man?”

“Ya,Encik Shahir.Untuk anak Datuk Noorman.Selain bertugas sebagai PA,you juga merupakan terapi terbaik buatnya.Sama tak serupa,”Doktor Farish tersenyum puas.Datuk Noorman cuma mendiamkan diri.

“Terapi?Sama tak serupa?Apa maksud doktor?”

Belum sempat jawapan terungkai,seorang gadis memakai tudung sambil menggenggam sebuah bingkai gambar meluru masuk ke dalam kamar Datuk Noorman.Wajahnya pucat dan matanya membengkak.Namun kulitnya yang halus putih dengan bulu mata yang lentik menghiasi anak matanya yang berwarna coklat tidak menidakkan kejelitaannya.Matanya membulat saat terpandang Shahir.

“Abang Aqso?Abang Aqso..Abang Aqso..,”

Seiring dengan nama yang dilafazkan itu,Shahir hanya tergamam melihat gadis itu memeluk kakinya.Terpinga-pinga.Dipandangnya wajah Datuk Noorman dan Doktor Farish yang hanya tunduk ke bawah.

Siapa Aqso?Siapa gadis yang menangis tersedu-sedan di kakinya ini?Shahir keliru.Hatinya berdebar-debar.Dunianya berasa berpusing seligat gasing.

0 comments:

DTKL ARTWORK BY JANNATUL HAZIRAH BOUVIER

DTKL ARTWORK BY JANNATUL HAZIRAH BOUVIER

DTKL ARTWORK BY LYA YAYA

DTKL ARTWORK BY LYA YAYA

PEMBERITAHUAN

PEMBERITAHUAN

ART WORK BY SHAHIRATICS(CREDIT TO ALL SHAHIRATICS)